09 July, 2013

Saatnya Berubah! (Take the Leap)

5 comments

Energi negatif itu.. kadang tanpa kita sadari, adiktif. Kita suka sekali larut dalam pikiran negatif, entah itu marah, galau, takut, minder, bertanya kepada dunia “kenapa aku?” daan sebagainya. Seakan-akan kita lah yang memilih untuk jalan di tempat. Menciptakan dan menikmati lingkaran setan yang kita buat sendiri, stick to it.

Ketika orang-orang menganjurkan kita untuk menghilangkan pikiran negatif itu, melangkah maju (move on),, kita kembali lagi mengorek-ngorek pikiran negatif itu. Semacam ada adiksi di situ. Kembali membangun pengadilan dalam pikiran kita sendiri, “iya tapi kan dia begini begini, dia salah!!”, “aku salah, aku bodoh..”, “tuh kan begini begitu”, “aduh gimana ya ntar..”. Mau maju, tapi galau melulu.

Ibarat rasa gatal. Digaruk makin enak. Padahal makin digaruk, bisa-bisa jadi borok. Ada kalanya, kita harus membiarkan rasa gatal itu hilang dengan sendirinya.. *

gambar galau
Gambar Galau: Overthinking

Lepaskan yang Tidak Perlu

Dalam sebuah kisah, seorang guru memungut sebuah ranting di pinggir jalan. Ia berbalik dan berkata, “Muridku, apa ini berat?” Sebelum si murid bisa menjawabnya, sang guru sudah melempar ranting itu ke semak-semak, lalu berkata, “Lihat kan? Itu hanya berat jika kita melekat padanya.” Ya, itu hanya berat ketika kita memegangnya, namun begitu kita melepasnya, tidaklah berat lagi. Sungguh mendalam, sederhana, dan tak terlupakan.

Apakah kamu kelelahan? Mungkin itu karena kamu membawa terlalu banyak hal di ransel batin kamu. Jika kita benar-benar melihat ke dalam ransel itu, apa yang bisa dibuang? Inilah salah satu cara melepas, melihat apa yang bisa kita tanggalkan, apa yang bisa kita buang. 

Betapa menakjubkan juga ketika kita menemukan bahwa banyak hal yang bisa kita buang tanpa ada dampak buruk yang terjadi. Jika kita membuang gubrisan kita mengenai masa lalu dan masa depan, sebenarnya tak ada yang akan jadi buruk. Itulah batu-batu pertama yang harus dikeluarkan dari ransel batin kita.

Masa lalu biarlah berlalu. Masa depan kita ciptakan sendiri.

Lepas gubrisan mengenai masa lalu dan masa depan
Lepas pikiran yang suka mencari kesalahan dan mengeluh
Tidak banyak menyimpan pikiran, baik itu pikiran negatif, pikiran positif, maupun yang bodoh

Cabai Nasruddin

Nasruddin sedang makan setumpuk cabai rawit, makan satu demi satu, terus menerus, sampai matanya merah dan air matanya membanjir, ingusnya meleler. Ia masih terus mengunyah cabai itu ketika ada orang datang dan bertanya kepadanya, ”Mengapa kamu makan banyak cabai?”. Nasruddin menjawab,”Aku mencari cabai yang manis!”

Inilah yang orang lakukan dalam hidup - entah dalam menjalin hubungan, tempat, atau pekerjaan, selalu mencari yang manis. Tentu saja, tidak ada cabai yang manis. Cabai ya cabai. Semua cabai pedas, dan hanya menyia-nyiakan waktu terus makan dan makan, berharap akan menemukan cabai yang manis dalam hidup.

Inilah sesuatu yang harus kita alami sendiri. Jika kita pintar, kita tidak harus terpukul oleh kehidupan berkali-kali. Ini lebih dari sekadar menyadari duka, namun juga menyadari lawan dari duka, yaitu mengenali kebahagiaan. Jika kita hanya memusatkan perhatian pada duka kehidupan, ini tidak akan menjadi insentif pendorong yang cukup bagi orang untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan guna menemukan pembebasan dari duka.


Jika kita memikirkan mengenai hal itu dan coba mencari cara dan jalan untuk mendapatkan hal-hal yang kita sukai - hanya yang enak dan nikmat, hanya makanan enak, hanya tempat yang kita suka, kita akan menyadari bahwa kita tidak akan pernah bisa mendapatkannya. Mustahil. Kita akan berlari mengitari seluruh dunia selamanya. Seperti mencari kura-kura berkumis. Kura-kura jelas tidak berkumis!

***

Take the Leap

Mengutip kebijaksanaan Umar ibn Al-Khattab.
No amount of guilt can change the past. No amount of worrying can change the future. Go easy on yourself.. - Umar ibn Al-Khattab

Kenali diri sendiri untuk mengetahui arti kebahagiaan, what really matters to you, apa yang membuatmu hidup bahagia. Kejar kebahagiaan itu, take active decision (ambil tindakan nyata). Yang membedakan diri kita sekarang dengan diri yang kita inginkan adalah action (tindakan) kita. Yang membatasi diri kita adalah diri kita sendiri.


Sesungguhnya keputusan yang diambil saat ini (tentunya setelah mempertimbangkan baik buruknya) adalah keputusan yang terbaik, asalkan dijalani dengan sepenuh hati. *

Tapi ntar kalo begini begitu gimana?”, kamu pun masih menggalau..

A: Kamu mau masuk surga?
B: Mau..
A: Kamu tau surga itu ada? Tau dari mana? Emangnya kamu pernah ngeliat langsung ke surga gitu? Trus kenapa kamu mau masuk surga?
B: Ya saya meyakini sih. I believe.
A: Yeah.. Mostly, people believe in it. Saya percaya surga itu ada, dan saya mau masuk surga.
A: Kamu tau ga tahun depan kamu bakal sukses? Kamu tau ga tahun depan kamu bakal seperti apa?
B: Enggak sih. Tapi saya mau meyakini dengan usaha giat, saya bisa sukses.
A: Ini seperti analogi surga. Kita tidak tahu tahun depan kita bakal gimana. Tapi jika kita memiliki positive attitude, ini bisa memungkinkan kita meraih hal yang kita impikan. *

Kamu udah tau mau apa, tapi masih ragu-ragu, ga yakin, merasa ga bisa?

Do it. Just do it. You will feel inadequate. You will feel you can’t do it, but you owe it to yourself to try. You might only have a 50/50 chance of making it, but you’re looking at a 100% chance of failure if you don’t even try. - Nancy Sathre-Vogel

Nancy Sathre-Vogel bersepeda dari Alaska hingga selatan Argentina bersama suami dan anak kembar laki-lakinya (10 tahun) pada sebuah perjalanan yang berlangsung selama 3 tahun.

So, siapapun kamu.. yang lagi galau, menghadapi problema, dilema, atau transisi kehidupan, menginginkan perubahan dalam hidup, atau ingin menggapai impian dan kebahagiaan..
Take the leap, would you? ;)


***
Adakah keputusan besar yang kamu ambil akhir-akhir ini? Bagaimana ceritanya kamu menjalani proses hingga mengambil keputusan tersebut? Atau kamu sedang berada dalam dilema? Share cerita kamu di bagian komen ya :)

Sumber:
Kisah "Lepaskan yang Tidak Perlu" dan "Cabai Nasruddin" dikutip dari buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 1 & 2 by Ajahn Brahm dan (*) merupakan wisdom dari beberapa teman. 
http://berhijabcantik.blogspot.com/2012/02/lepaskan-yang-tak-perlu.html

5 comments:

  1. Inspiratif banget.
    Aku ngerasain sendiri gagal gara2 gk berani mencoba :D rasanya nyesek banget...

    Salam kenal aku Klara :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kalah sebelum berperang..

      Senang bila tulisan saya bisa membantu. ^^
      Salam kenal juga, saya Fanny :)

      Delete
  2. mau mengambil keputusan besar buat hidupku....

    mau melangkah tapi seperti ada tembok besar di depanku....mencari cara dan keberanian untuk bisa mendobrak atau melompati tembok itu.....

    butuh bantuan spirit untuk mendobraknya....

    manusia galau no 27 :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. We all have problems; it is up to us to make the time and put in the effort needed to move our lives in the direction we want it to take. And if you are focused on something, you’ll see opportunities where you saw none before. It just depends on how badly we want something. Even if we don’t make it, at least we’ll be happy that we tried.

      Some of them may seem impossible. Heck, most of them do. But the regret of not having tried is harder to live with than living with failing to get what we want. Without trying, you’re pretty much failing anyway.

      -Thayu

      ===

      hehe, ga apa2 kan balas pake bahasa inggris ^^

      Delete