09 April, 2013

Aktivasi Otak Kanan Hanya Mitos!

1 comment
mitos otak kanan otak kiri

Selama lebih dari 30 tahun belakangan, dikotomi “otak kanan - otak kiri” telah menjadi bagian dari budaya pop masyarakat. Berkembang luas  pemahaman bahwa kedua belahan (hemisphere) otak memfasilitasi proses berpikir yang berbeda, kepribadian yang berbeda. Ide ini simply berasal dari misintepretasi penelitian sains valid.

Dominan Otak Kiri
Dominan otak kiri (left-brainer) itu berarti orangnya rasional, linear, logis, analitis, dan jago dalam bidang bahasa. Makanya individu left-brainer katanya cocok bergelut di bidang matematika, engineering, dan natural science (ilmu alam).

Dominan Otak Kanan
Dominan otak kanan (right-brainer) itu berarti orangnya spasial, intuitif, kreatif, dan penuh seni. Makanya individu right-brainer katanya cocok bergelut di bidang industri kreatif atau jadi seniman.

Pemahaman ini luas digembar-gemborkan dalam workshop pengajaran, menjadi highlight di artikel berita dan buku-buku bestseller. Banyak juga kuis online untuk mengetahui belahan otak yang dominan pada seseorang, dilengkapi dengan deskripsi detil tentang diri seseorang dan bagaimana ia berinteraksi dengan dunianya.

Dikotomi otak kanan - otak kiri adalah sebuah metafora klise dan bastardization of the science. Tapi tetep orang-orang terlalu senang menerima ide ini untuk melakukan generalisasi perilaku di lingkungan sekolah, kerja, dan kehidupan.

***

Asal Mula Mitos Teori Otak Kanan - Otak Kiri


"Teori" otak kanan - otak kiri berawal dari penelitian yang dilakukan oleh Roger Sperry dan Mike Gazzaniga di tahun 1960an. Kedua peneliti ini melakukan studi pada pasien epilepsi yang telah melalui operasi untuk memutus koneksi antara 2 bagian otak (split brain experiments).

Diketahui bahwa ketika kedua bagian otak tidak dapat berkomunikasi, tiap hemisphere tidak menyadari keberadaan hemisphere lainnya, bahkan memberikan respon yang berbeda untuk suatu stimulus.

Riset ini merupakan eksperimen klasik, dibahas di setiap perkuliahan S1 Psikologi. Sperry dan Gazzaniga memang menunjukkan efek menarik tentang pemrosesan bahasa dan gambar di bawah kondisi eksperiman yang ketat.

Tapi riset tersebut TIDAK PERNAH SAMA SEKALI menyatakan bahwa kemampuan (matematika atau bahasa) hingga gaya belajar kita terbatas pada satu bagian otak saja.

Menjadikan hasil eksperimen ini sebagai referensi untuk gaya belajar manusia secara umum itu ngaco.. Soalnya, Split-brain experiments melibatkan pasien yang mengalami kerusakan otak (epilepsi) dan koneksi kedua bagian otak diputus secara manual! 

Tidak ada bukti saintifik langsung yang mendukung gagasan bahwa gaya berpikir yang berbeda dihasilkan oleh bagian otak tertentu. Riset-riset neurosains terkini malah menunjukkan hal yang bertentangan dengan ide “otak kiri-otak kanan”. Kedua bagian otak faktanya sangat komplemen satu sama lain.

  1. Untuk pemrosesan bahasa.. Kini diketahui kedua bagian otak ikut berperan: otak kiri memproses grammar (tata bahasa) dan pronunciation (pelafalan) sedangkan otak kanan memproses intonasi. 
  2. Otak kanan tidak bekerja sendiri untuk memfasilitasi kemampuan spasial: otak kanan memproses general sense of space, otak kiri memproses objek di lokasi tertentu. 
  3. Studi menemukan 14 area otak yang berperan untuk mempelajari sebuah urutan. “Sequential thought” (pemikiran sekuensial) yang katanya merupakan fungsi otak kiri, ternyata ditemukan diproses di 5 area otak kiri, 5 area otak kanan, 4 area di bilateral otak. 

Ya, memang ada asimetri fungsi pada bagian-bagian otak. Tapi, kemampuan individu tidak terikat pada sebuah area, tapi produk dari jaringan sel otak yang terdistribusi. Sirkuit-sirkuit ini dibentuk melalui campuran biologi dan pengalaman/memori yang unik.

Mencoba menjelaskan sesuatu se-kompleks gaya belajar dengan hanya meng-highlight satu bagian otak saja adalah penyederhanaan yang berlebihan, keliru tafsir (misintepretasi), dan sangat meragukan.

Okelah fan, ya teori otak kanan - otak kiri ini mungkin tidak akurat. Tapi apakah gagasan ini berbahaya?

***

'Teori' Otak Kanan - Otak Kiri Berbahaya?


Gagasan ini berbahaya ketika banyak pihak menganggapnya secara serius, and it’s happening!

Berdasarkan "teori" otak kanan - otak kiri (hemisphericity), berkembang sebuah ide bahwa proses belajar dan berpikir dapat ditingkatkan ketika kedua bagian otak dapat terlibat secara seimbang. Lahirlah program pengajaran dan pendidikan untuk memperkuat bagian otak yang kurang dominan dan mensinkronisasi kedua bagian otak.

Karena diasumsikan sekolah bakal lebih menyenangi cara belajar dan berpikir otak kiri (seperti analisis, logika, dan akurasi), banyak teknik pengajaran dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak aktivitas untuk memaksimalkan otak kanan.

Contoh, metode “show and tell”: daripada hanya membaca teks (dominasi otak kiri), guru juga memperlihatkan gambar dan grafik untuk mengaktifkan otak kanan. Metode lain misalnya penggunaan musik, metafora, role play, meditasi, menggambar, dll, untuk mencapai sinkronisasi kedua bagian otak. Atau metode-metode lain untuk mengasah otak kanan.

Banyak pihak yang mengatakan bahwa kurikulum sekolah saat ini lebih heavy ke pembelajaran menggunakan otak kiri. Jadi mereka demand sekolah untuk lebih banyak melibatkan pembelajaran yang mengasah otak kanan.

Kalo di luar tuh, ada ahli pendidikan seperti E.P. Torrace atau Madeline Hunter. Di Indonesia? Huwih, jadi penulis buku best seller ciin.. Bahkan ada lho ahli pendidikan dan sekolah di Indonesia yang mengusung konsep ini -__-"

Meskipun metode-metode tersebut dapat menambah variasi dalam dunia pendidikan, tapi metode ini didasarkan pada fondasi yang lemah.

Generalisasi kemampuan dan gaya belajar individu hanya berdasar 2 bagian otak merupakan penyederhanaan yang berlebihan, complete nonsense. Dan telah saya bahas, tidak ada bukti saintifik langsung yang menyokong ide ini. Malah, hasil temuan neurosains terkini mengungkap hal yang sebaliknya.

Tapi teteup aja ya, masih banyak meluncur buku, materi pendidikan dan pelatihan otak kanan, berbasis mitos ini. Tiap tahun kayaknya ada aja yang baru. Masih banyak juga pengajar, motivator, konselor, bahkan akademisi yang mengusung ide ini dalam profesinya. Ga tau apa mau tipu-tipu, kurang baca, atau simply stupid..

***

Kenapa Mitos tentang Otak Kanan - Otak Kiri akan Tetap Eksis?


Dr. Mike Gazzaniga (ya ilmuwan yang memprakarsai split-brain experiment itu sendiri) menulis buku Social Brain puluhan tahun setelah ia melakukan eksperimen hebatnya.

Pada salah satu bab, "Left-Brain, Right-Brain. Mania: A Debunking", ia sendiri membantah konsep psikologi populer tersebut dan menyampaikan keheranannya, kok bisa gitu eksperimen saintifik dia di-misintepretasi-kan seena'e dewe begitu.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa konsep ini berkembang karena dikotomi otak kanan - otak kiri itu simpel dan gampang dimengerti, packaging yang mudah dicerna masyarakat mengenai riset otak modern dan aplikasinya pada kehidupan sehari-hari.

Karena untuk menjelaskan yang 'sebenernya', cukup rumit (complicated). Banyak jargon sains yang harus dimengerti dan ngejelimet bagi masyarakat awam. Jadilah jurnalisme sains menggunakan simplifikasi tersebut, jadi bisa relate sampai level personal seseorang.

Sebanyak apapun temuan breakthrough di bidang neurosains akhir-akhir ini, kayaknya konsep tentang otak kanan - otak kiri ini masih tetap eksis ya. Susah untuk melawan belief system yang sudah terbangun selama berpuluh tahun.

Dikotomi ini memang menawarkan simplifikasi yang begitu 'menggoda'. Gampang kan diaplikasikan, "eh, lo left brainer atau right brainer", "kayaknya gw right brainer deh, cocoknya gw masuk jurusan ini deh kayaknya", bikin aplikasi untuk target market tertentu, bikin buku, bikin seminar, dll.

But yeah.. It's worth trying to fight the distorted belief system. As Gazzaniga concluded:

By the late 1960s and early 1970s the realization was spreading that the simple dichotomies of that time did little to advance knowledge about how cognitive systems work. Neuropsychology was at risk.Isolating mental systems or claiming that isolated mental systems process information differently does not really illuminate the nature of cognition.


***


***

Artikel ini berguna menurut kamu? Bantu share ya :)
Read More...

05 April, 2013

Indonesia HAMPIR Punya Astronot Wanita Pertama se-Asia

1 comment
Beberapa minggu yang lalu, saya ada ikut Diskusi Sains Menrva Foundation for Science and Reason tentang Human Space and Colonization. Saya jadi tau kalo Indonesia dulu HAMPIR punya astronot lho, wanita lagi!

Ibu Pratiwi Sudarmono dan Bapak Taufik Akbar

Ibu Pratiwi Sudarmono, seorang microbiologist dari Universitas Indonesia yang menjadi salah satu kru pesawat luar angkasa Columbia sekitar tahun 1986 untuk keperluan pengoperasian satelit Palapa B-3. Bersama astronot pelapisnya, Pak Taufik Akbar (engineer dari Telkom yang kini adalah Direktur SDM di Telkom), beliau dilatih di NASA, dan siap terbang menjadi astronot wanita pertama dari Asia!!

Apa mau dikata... Di tahun yang sama, terjadi kecelakaan pesawat Challenger. Challenger meledak setelah baru beberapa detik lepas landas, menewaskan 7 orang krunya. Padahal kontraktornya udah ingetin NASA tuh, kalo desain yang ada tidak aman. Tapi karena sudah dikejar jadwal, NASA tetap meluncurkan Challenger.

Karena kecelakaan ini, NASA membatalkan semua jadwal penerbangan pesawat luar angkasa lainnya, termasuk pesawat Columbia-nya bu Pratiwi.

Akhirnya bu Pratiwi balik ke Indonesia. Beberapa bulan kemudian, NASA mulai siap meluncurkan pesawat luar angkasa lagi. Eeeehhh.. yang ikut malah astronot wanita dari Jepang. Jadilah wanita Jepang itu astronot wanita pertama dari Asia. Pfftt..

Ya kecelakaan sejarah ciinn. Nyaris banget. Kalo enggak, Indonesia bakal punya astronot wanita pertama dari Asia. Jepang, Malaysia, China, India, Pakistan, Iran, lewaaatt..

Ibu Pratiwi Sudarmono sekarang masih aktif menjadi pembicara di beberapa seminar microbiology. Terakhir teman saya ada mengikuti seminar beliau di Universitas Pancasila. Beliau juga kadang dapat ditemui di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

***
Suka dengan artikel ini, share yuk ^^
Read More...